BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Derajat kesehatan masyarakat di
Indonesia masih rendah. Dalam hal ini, derajat kesehatan masyarakat dapat
ditentukan dengan beberapa indikator,diantaranya adalah Angka Kematian Bayi
(AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI), dimana jika AKB dan AKI naik maka derajat
kesehatan masyarakat masih rendah dan sebaliknya (Depkes,2009). Berbagai faktor
dapat mempengaruhi naik dan turunnya AKB dan AKI, diantaranya belum dimanfaatkannya
sarana pelayanan kesehatan seperti Posyandu secara optimal oleh masyarakat.
Posyandu merupakan salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis
dalam pembangunan kesehatan dengan tujuan mewujudkan kemandirian masyarakat
dalam mengatasi permasalahan kesehatan (Widiastuti,2006).
Posyandu
adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat
dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat
dengan dukungan pelayanan serta pembinaan tehnis dari petugas kesehatan dan
keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber
daya manusia sejak dini (Sembiring, 2004). Meskipun secara kuantitas jumlah
Posyandu mengalami peningkatan dari 267.000 Posyandu pada tahun 2010 yang
tersebar di lebih dari 70.000 desa di seluruh Indonesia (Depkes RI, 2010),
tetapi dari segi kualitas Posyandu yang ada masih ditemukan beberapa masalah
antara lain kelengkapan sarana dan keterampilan kader yang belum memadai
(Depkes RI, 2006). Padahal dengan adanya Posyandu dapat mengembangkan sistem
kesehatan daerah (Doherty,2004)
Pembangunan
kesehatan diarahkan untuk mencapai sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2010–2014, yaitu meningkatnya umur harapan hidup menjadi
72 tahun, menurunnya angka kematian bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup,
menurunnya angka kematian ibu melahirkan menjadi 118 per 100.000 kelahiran
hidup, dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak Balita menjadi 15%
(Depkes, 2007). Untuk itu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI melalui Surat
Nomor: 443/1334/SJ tanggal 8 Juni 2005, tentang program–program Kesehatan dasar
dan Penyakit menular antara lain meminta (Mendagri, 2005).
Pemantauan
pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya hambatan
pertumbuhan (growth faltering) secara dini. Pertumbuhan dan perkembangan
balita dipengaruhi oleh banyak faktor baik secara langsung maupun tidak
langsung. Penyebab langsung yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
balita adalah konsumsi makanan, pelayanan kesehatan dasar, dan pola asuh. Sedangkan
penyebab tidak langsungnya adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan
Posyandu, yang dalam pelaksanaannya masyarakat memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Gambaran perilaku masyarakat
dalam memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang ada didaerahnya dapat
terlihat dari tingkat keberhasilan program Posyandu yaitu cakupan penimbangan
balita di Posyandu (Mamdy dalam Juarsa, 2004).
Sedangkan berdasarkan modifikasi teori Ronald M. Andersen
(1995) dalam Journal of Health and Sosial Behavior, dan teori Lawrence
Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005), dan Sudarti (2008) ada
3 faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pencarian/pemanfaatan pelayanan
kesehatan yaitu faktor predisposisi (demografi,
struktur sosial dan pengetahuan terhadap pelayanan kesehatan), faktor pendukung
(jarak tempuh dari rumah ke Posyandu dan persepsi individu terhadap pelayanan
kesehatan), dan faktor pendorong (sikap dan tindakan). Sehingga dapat dikatakan
pemanfaatan posyandu merupakan suatu perilaku kesehatan ibu dalam memelihara
kesehatan anggota keluarganya termasuk anak balitanya (Yamin, 2003).
Dalam
upaya peningkatan partisipasi masyarakat, pengetahuan dan sikap merupakan hal
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Artinya semakin
tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka tindakan untuk berperilaku
mengunjungi posyandu semakin besar (frekuensi kunjungan lebih sering) dan
semakin positif sikap seseorang maka tindakan untuk berperilaku mengunjungi
posyandu semakin besar (frekuensi kunjungan lebih sering). (Hartaty, 2005).
Hal
yang sama terjadi jika seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang
cukup padat akan mempengaruhi ketidakhadiran atau partisipasi dalam pelaksanaan
Posyandu. Pada umumnya orang tua tidak mempunyai waktu luang, sehingga semakin
tinggi aktivitas pekerjaan orang tua semakin sulit datang ke Posyandu (Sambas,
2002)
Sebuah penelitian telah di lakukan oleh Sapril 2012 mengenai
hubungan prilaku ibu anak balita terhadap tingkat kunjungan ke posyandu dan di
dukung oleh penelitian Nita Kurnia yang menghubungkan antara kujungan ke
posyandu dengan status pekerjaan ibu anak balita.
Berdasarkan data cakupan penimbangan balita dari Kemenkes RI
tahun 2011 persentase D/S menurut Provinsi adalah 71,36% sedangkan dari data
Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2011 persentase
cakupan D/S adalah 74,88% hal ini menunjukkan masih kurangnya cakupan
D/S mengingat standar nasionalnya adalah 80% (Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI,
2012).
Konawe selatan adalah salah satu kabupaten di wilayah
Provinsi Sulawesi Tenggara. Dinas Kesehatan Konawe Selatan merupakan bagian
dari Pemerintah Daerah (Pemda) Konawe Selatan
yang bertanggung jawab dalam pengelolaan program kesehatan termasuk
didalamnya program gizi masyarakat melalui pengembangan Posyandu. Tetapi pada
kenyataannya tingkat partisipasi masyarakat D/S (perbandingan antara jumlah
anak yang ditimbang dibandingkan dengan seluruh anak yang berada di wilayah
tersebut) belum memenuhi target indikator yang ditetapkan yaitu masih 50,8%
secara keseluruhan di Konawe Selatan pada tahun 2012 sedangkan target nasional
adalah 80%.(Dinkes Konawe Selatan, 2012)
Dari hasil pendataan Puskesmas
Ranomeeto pada bulan Januari 2013, diantara 11 desa dan 1 kelurahan yang ada di
Kecamatan Ranomeeto, desa Kota Bangun merupakan desa dengan tingkat (D/S)
paling rendah yaitu dengan angka partisipasi 46%. Desa kota bangun memiliki dua
posyandu yaitu posyandu kasih ibu dan posyandu melati, jumlah keseluruhan anak
balita dari dua posyandu ini adalah sebanyak 180 anak balita. sedangkan yang
datang ke posyandu pada bulan januari 2013 adalah sebanyak 84 anak balita yang
berasal dari posyandu kasih ibu dan posyandu melati. (Puskesmas Ranomeeto, 2013).
Berdasarkan uraian diatas, maka
peneliti tertarik untuk mengetahui “Hubungan Antara Prilaku (Pengetahuan,
Sikap, Tindakan) Dan Status Pekerjaan Ibu Anak Balita Dengan Tingkat
Partisipasi Ke Posyandu Kasih Ibu Desa Kota Bangun Kecamatan Ranomeeto
Kabupaten Konawe Selatan”.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah ada hubungan antara
pengetahuan ibu anak balita dengan tingkat partisipasi ke posyandu Desa Kota
Bangun Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan ?
2.
Apakah ada hubungan antara sikap
ibu anak balita dengan tingkat partisipasi ke posyandu Desa Kota Bangun
Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan ?
3.
Apakah ada hubungan antara
tindakan ibu anak balita dengan tingkat partisipasi ke posyandu Desa Kota Bangun Kecamatan
Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan ?
4.
Apakah ada hubungan antara status
pekerjaan ibu anak balita dengan tingkat partisipasi ke posyandu Desa Kota
Bangun Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan ?
C. Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan
Umum
Untuk
mempelajari hubungan antara perilaku dan status pekerjaan ibu anak balita
dengan tingkat partisipasi ke posyandu Desa Kota Bangun Kecamatan Ranomeeto
Kabupaten Konawe Selatan
2.
Tujuan
Khusus
a.
Untuk
menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu anak balita dengan tingkat
partisipasi ke posyandu Desa Kota Bangun Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe
Selatan
b.
Untuk
mengkaji hubungan antara sikap ibu anak balita dengan tingkat partisipasi ke
posyandu Desa Kota Bangun Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan
c.
Untuk
menganalisis hubungan antara tindakan
ibu anak balita dengan tingkat partisipasi ke posyandu Desa Kota Bangun
Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan
d.
Untuk
mengetahui hubungan antara status pekerjaan ibu anak balita dengan tingkat
partisipasi ke posyandu Desa Kota Bangun Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe
Selatan